Almost Paradise
Derasnya aliran air dari pipa atap menuju tanah pekarangan menemaniku larut dalam lamunanku, guyuran hujan telah membasahi rerumputan di ujung jalanan. Tak banyak kendaraan berlalu lalang, hanya ada tampakan aku yang berdiam di atas tempat tidur, dengan 2 bantal yang menemani, satu bantal untuk kupeluk, satu untuk menyanggah kepalaku. T-Shirt tanpa lengan dan celana pendek yang aku kenakan tidak membantu mengatasi dinginnya udara, tapi aku tak berusaha untuk menghangatkan diriku. Sekilas kenangan berhasil meraih perhatianku dari dingin. Aku ingat betapa kesepiannya aku saat berada di bangku sekolah dan bangku kuliah. maybe I was too hideous, tak ada seseorangpun yang memperhatikan ketertarikannya pada diriku. Setiap aku mengamati pasangan yang bergandengan melewatiku, tak hentinya kuberpikir, kapankah giliranku tiba? I was hardly to make friends, but I have one, tak lelah dia mengingatkanku untuk tidak membiarkan rambutku terurai begitu saja, terkadang dia mengkepang rambutku, membelikanku bando ataupun jepit rambut, tapi sayangnya, aku tak pernah terlalu mengurusi penampilanku. Pernah sekali aku mengenakan sekdress merah muda polos dengan sabuk pita mengitari pinggangku yang merupakan pemberiannya saat memasuki bangku kuliah semester-4 di pesta 20 tahunnya, dan dia membantuku menata rambutku, sebagai kado untuknya, begitu alibinya. aku berhasil menarik beberapa pasang mata dan ada seseorang yang menghampiriku dan mengajakku ngobrol. cliche story, dia adalah laki-laki idaman di kampus. pebasket, organisasi di kepengurusan kampus pun baik, akademiknya menyeimbangi non akademiknya, he's prince charming in here. he's nothing but perfection. percakapan kita berjalan begitu saja dengan tambahan senda gurau di sana sini, aku bisa merasakan sesekali dia melontarkan rayuan kecilnya yang mengatakaan betapa cantiknya aku sampai dia menanyakan siapa aku dan apa aku kuliah di tempat yang sama dengan sahabatku yang sedang berulang tahun. Tanpa pikir panjang aku meraih gelasku dan beranjak meminta diri, dia tidak mengenalku, dia hanya tertarik pada aku yang malam ini, what's the point? dan akhirnya aku menghampiri sahabatku lagi. Sahabatku memberikan pandangan simpatinya saat aku menceritakan apa yang baru saja terjadi,
"aku tidak akan menemukannya," ucapku sambil menghembuskan nafas berat. mataku serasa terbakar, rasanya ingin menangis, that was my boiling point. sampai akhirnya sahabatku meraih gelasku sambil menepuk-nepuk bahuku lembut,
"akan ku ambilkan kau segelas air lagi, tunggu disini, jangan kemana-mana."
dan benar aku menunggunya, aku tetap berada di pestanya tapi aku beranjak untuk mencari udara segar. aku berada di beranda belakang gedung dengan pagar kayu yang menjadi tumpuanku menatap gelapnya malam.
Dinginnya udara saat ini mengingatkanku akan dinginnya malam itu sampai akhirnya ada yang menyelimutiku dengan jaketnya, kupikir yang menyelimutiku adalah sahabatku tapi bukan, yang menyelimutiku adalah Davin. Pria yang berada satu tingkat diatas kami, menurutku dia tidak terlalu tampan tapi dia terkenal dengan kegemarannya membaca komik atau buku di perpus sampai dia melewati beberapa kelas hanya untuk membaca komik terbaru.
"thanks," ucapku singkat sambil menatapnya yang saat ini sedang berdiri disampingku, and the song goes on.
I feared my heart would beat in secrecy
I faced the nights alone
Oh, how could I have known
That all my life I only needed you
pandangannya jauh ke gelapnya pekarangan. dia hanya mengangkat bahunya, aku ambil asumsi bahwa dia berkata sama-sama.
keheningannya meraup kami berdua, hanya saja, keheningan ini yang selama ini tak pernah kudapatkan. aku begitu nyaman walaupun kami berdua hanya saling diam. sampai akhirnya dia memecah keheningan,
"you might get cold, you know."
"i know."
dan keheningan kembali memeluk kami berdua. lalu aku bisa merasakan hembusan udara hangat dari sampingku, tempatnya berdiri, dia sedang menamatkanku, aku sebenarnya tidak begitu percaya diri mengatakannya. aku tidak berani untuk mengalihkan tatapanku ke arahnya, tapi aku juga tak bisa menatap dinginnya kegelapan tapi disampingku terpancar kehangatan. kuberanikan mengalihkan pandanganku ke arahnya, dan benar saja dia masih mengamatiku. banyak pertanyaan yang terlintas dipikiranku, apa dia mengenalku, kenapa dia begitu perhatian padaku, kenapa dia merelakan waktunya dari membaca komik dan menemaniku, kenapa dia berada di pesta sahabatku? oh ya, dia mengundang semua orang, pertanyaan bodoh.
"kau Alice kan? aku Davin, kau pasti mendengar berita-berita tentangku, dan aku kira hampir semuanya benar," ucapnya sambil menatap kedua mataku, mata hazel nya begitu hijau kecoklatan mendarat langsung ke mata coklatku, aku bisa bertaruh bahwa dia bisa mendengar derap jantungku yang lebih cepat dan suaraku menelan ludah.
It seems like perfect love is so hard to find
I'd almost given up
You must have read my mind
Dia terus menatapku semakin dekat sampai hanya sejengkal jarak memisahkan jarak kami, dia masih menamatkan pandangannya ke mataku lalu dia berdiri tegap dan berjalan menjauh.
"you have beautiful brown eyes," ucapnya sambil berjalan mundur, face to face denganku, aku masih menatap matanya, terpaku.
"dan kamu lebih cantik jika rambutmu kau gerai," kali ini dia berkata sambil berjalan membelakangiku memasuki gedung. aku masih terdiam, lama, sampai sahabatku mengahmpiriku dan aku menyadari jika aku masih mengenakan jaketnya, jaket Davin.
-oo-
"apa yang kau pikirkan," suara berat dan hembusan nafas hangat di tengkuk kepalaku membangunkanku dari lamunan. dia menutup jarak diantara kita dengan memelukku dari belakang dan membenamkan wajahnya di rambut panjangku, yang kubiarkan terurai acak-acakan seperti biasanya, seperti yang dia suka.
"me, you, us?" jawabku sambil meletakkan tanganku di atas tangannya yang berada di atas perutku, seketika pelukan udara dingin yang kurasakan tak menjadi begitu dingin, hanya kehangatan yang kurasa saat ini. kupejamkan mataku sambil memainkan telapak tangannya, melukiskan kalimat pendek seperti I love yous, I need yous, I want yous.
"what about me?," tanyanya sambil menepikan beberapa lembar rambut yang menutupi dahiku dan menyelipkannya di belakang telingaku.
"you make me feel things like I didn't even put any hopes to feel it, like you did to me, you still do, you make me see if I don't even to bother to change, you just wait for me to grow and you're not going anywhere, you make me fall in love with you every time, every day, you still make my stomach does those little weird things when you make me a breakfast or just tuck me when I sleep, I just....I love you, you show me how to love someone, you even better show me how to love myself more, you are perfect, you are perfect for me."
dan aku bisa mendengar degup jantungnya yang seirama dengan lagu yang berputar di ruang tamu.
And all these dreams I saved for a rainy day
They're finally coming true
I'll share them all with you
Cause now we hold the future in our hands
Davin mempererat pelukannya,
"every time, every day, you make me fall deeper than you ever thought, you did great things for me too, I won't be myself right now, a successful man, ouch..." aku mencubit perutnya
"that hurts honey but yeah you are perfect for me too, I love you when you told me to put my comic down, I love you when you cook us dinner, I love you at the first day and I guess you've knew that,"
"I do,"
"you know, you are gorgeous, you just try to avoid that and someone to show you, you are a lot more than beautiful itself, inside and out, if only there are words to describe you, but you are beyond perfection, I wouldn't ask for more better love then ours, I love you, now, yesterday, tomorrow, and the rest of our lives."
And in your arms salvation's not so far away
It's getting closer, closer every day
Almost paradise
We're knocking on heaven's door
Almost paradise
How could we ask for more
I swear that I can see forever in your eyes
Paradise
Tidak ada komentar:
Posting Komentar